Sobat Bumi Indonesia

Ozon Rusak, Salah Siapa?

Tak perlu diragukan isu lingkungan menjadi fenomena dan bukan hal yang tabu untuk diperbincangkan. Apalagi mengingat banyaknya permasalahan lingkungan yang terjadi di masa ini seperti kekeringan, banjir, pemanasan iklim, wabah penyakit, suhu ekstrim, hewan-hewan yang masuk kepemukiman penduduk, dan lain sebagainya. Fenomena tersebut adalah beberapa diantara kasus yang marak terjadi dimuka bumi saat ini. 

Selain banyaknya kasus-kasus permasalahan isu lingkungan, gencarnya upaya perlindungan bumi juga terus disuarakan. Salah satunya adalah mengurangi pemakaian plastik dan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Aktivitas tersebut sudah banyak disuarakan oleh aktivis-aktivis dilingkungan dan organisasi-organisasi lingkungan. Lingkungan kita yang seharusnya bisa bersahabat dengan manusia kini sudah banyak mengalami perubahan akibat pola kehidupan yang banyak merusak kesehatan bumi kita. 

Hal yang ingin saya sampaikan sebagai penulis dalam opini ini adalah jangan pernah melupakan selogan “kebersihan sebagaian daripada iman”. Memang terdengar klise, tetapi ini memiliki makna yang sangat mendalam. Kebersihan disini yang dapat diartikan jangan membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan bumi. Hal ini dikarenakan dapat mencemari bumi kita, satu langkah kita jika berperilaku menyimpang akan mengakibatkan penumpukan sampah jika dilakukan secara terus menerus. Sampah tersebut terus menumpuk dan berserakan lalu masuk ke dalam got atau parit hingga terbawa ke muara sungai dan sampai ke laut.

Penumpukan sampah-sampah yang mengapung di laut akan mengumpul dan mengakibatkan pemanasan global. Akibat dari pantulan plastik-plastik yang susah terurai ini akan menjadi pembiasan cahaya dan panas ke arah lapisan ozon bumi kita. Walaupun terlihat simple, tetapi jika terus-menerus pemanasan di bumi juga akan sangat berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Apalagi jika banyaknya sampah-sampah yang sulit terurai di laut dan di daratan.

Masalah tersebut jika tidak segera ditanggapi akan mengakibatkan rusaknya ekosistem dan berkurangnya lapisan gletser sehingga suku permukaan air laut menjadi naik. Bahayanya adalah pulau yang rawan berdekatan dengan garis pantai dapat tenggelam. Dampak negatif lainnya adalah dapat terjadi banjir bandang di negara yang memiliki banyak kepulauan maupun tidak yang dapat menjadi tamu musiman bagi penduduk disekitar daerah garis pantai tempat daerah mereka bermukim. 

Jika di darat seperti halnya masalah sampah. Gunung sampah yang ada dibeberapa wilayah Indonesia. Salah satunya di Bantargebang Bekasi menjadi bukti nyata dan isu sosial yang sangat disayangkan terjadi. Ada baiknya manusia menerapkan prinsip minimalis, prinsip sustainable development, dan penggunaan barang yang ramah lingkungan. Jika suara ini kita terus kampanye kan dan aplikasikan dalam kehidupan, maka percayalah kita sebagai satu agen pengerak dapat berkontribysi dalam keberhasilan pemulihan bumi kita tercinta. Jika bukan dari diri kita sendiri, lalu dari siapa lagi?

Amelinda Sido K. S

Universitas Mulawarman – Sobi Regional Benua Etam

Leave a Comment