Dalam perjalanan menuju keberlanjutan dan pelestarian lingkungan, inovasi penggunaan eco enzyme muncul sebagai solusi progresif. Eco enzyme, yang dikenal sebagai cairan fermentasi organik, telah mendapatkan perhatian signifikan karena potensinya dalam berbagai aspek pelestarian lingkungan. Salah satunya mengatasi pencemaran lingkungan. Persoalan ini menjadi sorotan dunia pada pertemuan tahunan ke-61 Asian African Legal Consultative Organization (AALCO) bersama persoalan lainnya. Di antaranya perubahan iklim, polusi dan pencemaran, serta percepatan kehilangan biodiversitas. Hingga saat ini tentu ada banyak ide-ide brilian sebagai solusi.
Gagasan eco enzyme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Selain mudah digunakan, eco enzyme mudah dibuat. Pembuatannya hanya membutuhkan air, gula, dan sampah organik seperti sisa sayuran dan buah. Tentunya ini menjadi win-win solution sebagai langkah untuk mengurangi dan mengolah sampah organik yang dapat dilakukan dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.
Eco enzyme bekerja sebagai dekomposer alami, mengubah limbah organik menjadi senyawa yang lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali. Kelebihannya, produk ini menawarkan alternatif ramah lingkungan untuk bahan kimia berbahaya yang sering digunakan dalam pembersihan dan sanitasi. Ini adalah langkah proaktif menuju pembersihan yang lebih aman dan sejalan dengan visi pelestarian alam. Selain itu, eco enzyme juga dapat menjadi komponen penting dalam mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi daur ulang. Dengan memasukkan eco enzyme ke dalam proses daur ulang, kita dapat mempercepat dekomposisi material organik dan menghasilkan produk daur ulang dengan kualitas yang lebih baik. Hal tersebut meningkatkan lingkaran ekonomi dan mengurangi kebutuhan akan bahan mentah baru.
Selain manfaat fisiknya, penggunaan eco enzyme juga berperan dalam meningkatkan kesadaran lingkungan di masyarakat. Di Bali, umat Hindu hidup bersama dengan budayanya, salah satunya upacara keagamaan. Upacara ini menggunakan buah-buahan sebagai sarana persembahyangan dan tak jarang setelah selesai upacara, banyak buah yang tak habis dikonsumsi. Dengan memberikan informasi tentang manfaat dan aplikasi eco enzyme, masyarakat dapat menjadi lebih sadar tentang keberlanjutan dan dampak positif yang dapat dicapai melalui perubahan sederhana di perilaku keseharian. Buah-buah sisa upacara tadi tidak perlu dibiarkan membusuk, melainkan dikelola menjadi hal bermanfaat.
Penggunaan eco enzyme sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang memprioritaskan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, mendukung dan mempromosikan penggunaan eco enzyme adalah langkah progresif yang dapat diambil oleh masyarakat dalam upaya melindungi dan melestarikan lingkungan untuk generasi yang akan datang. Alam telah memberikan banyak berkah di kehidupan kita, sekarang saatnya kita mengelola hasil alam untuk dikembalikan sebagai berkah bagi alam.
Putu Dea Indah Kartini
Universitas Udayana – Sobat Bumi Regional Bali