Sobat Bumi Indonesia

Atomic Habits: Bentuk Kebiasaan Guna Kurangi Pemanasan Global

Pemanasan global menjadi isu yang tak kunjung selesai dan masih terus bermunculan. Pemanasan global merupakan peningkatan suhu rata-rata bumi menjadi lebih panas. Hal ini menyebabkan banyak sekali dampak negatif yang kita rasakan, mulai dari berkurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya hayati dan air bersih, naiknya volume permukaan air laut serta menurunnya kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati. Semua makhluk hidup ikut terkena dampak dari pemanasan global. 

Banyak orang berpikir bahwa isu yang besar harus ditangani dengan aksi yang besar. Menurut saya, pernyataan itu tidak sepenuhnya benar. Kita tidak harus melakukan hal besar untuk mulai mengatasi suatu permasalahan. Atomic Habits karya James Clear benar-benar membuka dan mengubah pikiran saya setelah membaca hasil karyanya. Penulis menjelaskan bagaimana sebuah perubahan kecil dapat menghasilkan perbedaan yang besar jika dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.

Tak hanya itu saja, dalam buku tersebut juga terdapat kalimat yang menurut saya sangat tepat, yakni “Sukses adalah produk kebiasaan sehari-hari, bukan transformasi yang hanya sekali seumur hidup.” Melalui kalimat tersebut, dapat dianalisis bahwa sebuah keberhasilan bukanlah suatu hal yang dapat digapai secara instan, melainkan harus melalui berbagai proses.

Sesuatu yang besar, bermula dari hal kecil dari diri kita sendiri. Selain itu, penulis juga menyatakan bahwa akan lebih baik kita tidak terlalu fokus pada sasaran dan fokuslah pada sistem kita karena dikhawatirkan kita terlalu menghabiskan banyak waktu untuk menentukan sasaran dan tidak memiliki banyak waktu untuk merancang sistem. Oleh karena itu, action adalah hal paling penting dalam memulai sesuatu. Rencana yang sempurna akan terasa sia-sia jika tidak diiringi dengan aksi yang nyata.

Poin-poin penting dalam buku Atomic Habits seperti yang sudah ditulis di atas dapat kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari guna menanggulangi isu pemanasan global yang tak kunjung reda. Kita tidak harus merangkai rencana yang besar dan menunggu rencana tersebut sempurna untuk mengatasi isu pemanasan global karena untuk menghasilkan sesuatu yang besar dapat memulainya dengan hal kecil. Dalam memulai mengambil langkah, kita perlu mengetahui apa yang sebenarnya menjadi penyebab pemanasan global. Setelah mengetahui, barulah kita menyusun rencana terkait bagaimana cara mengatasinya. 

Saat duduk di bangku SMA, sekolah saya sangat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan sehingga siswa-siswi di sekolah saya sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan baik baru yang ada di lingkungan sekolah.  Program tersebut membuat banyak kebiasaan baik tumbuh di kalangan siswa-siswinya. Saya terbiasa untuk membawa botol minum sendiri dari rumah, hal kecil ini tentu sangat bermanfaat untuk mengurangi sampah plastik. Mengingat sampah plastik merupakan salah satu penyebab pemanasan global.

Selain itu, kami juga melakukan program “satu anak, satu pohon” dengan membawa bibit pohon dari rumah dan menanamnya kembali. Berbagai program berwawasan lingkungan sudah sangat sering kami lakukan seperti menanam bibit pohon mangrove, membersihkan pantai, menanam dengan metode hidroponik dan masih banyak lainnya. Program adiwiyata di SMA Tunas Bangsa berhasil meningkatkan kesadaran siswa untuk peduli dengan lingkungan. Bermula dari diri sendiri, berlanjut di kelas, dan dijadikan budaya sekolah. 

Kemudian, saya dan teman-teman saya juga pernah mengikuti 4th Southeast Asia Creative Camp: Waste Recycling Online Workshop yang diselenggarakan oleh SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization). Kami mengikuti berbagai kelas tentang edukasi sampah plastik. Projek akhir dari workshop tersebut adalah membuat sebuah produk ramah lingkungan. Saya dan teman-teman membuat kursi dengan memanfaatkan botol air mineral ukuran 1.5 liter dan kantong plastik bekas. Mengingat limbah kantong plastik merupakan salah satu limbah plastik paling banyak.

Kami mengumpulkan kantong plastik bekas yang banyak, kemudian digunting menjadi bagian-bagian kecil  agar kemudian dapat dengan mudah dipadatkan. Untuk dapat memenuhi satu botol bekas air mineral ukuran 1.5 liter membutuhkan banyak sekali kantong plastik bekas. Hal ini dapat membantu mengurangi sampah plastik yang berserakan di lingkungan sekitar kita dengan memanfaatkannya sehingga dapat digunakan kembali menjadi barang dengan daya guna yang tinggi. Daripada membakar atau membuangnya dengan sia-sia, akan lebih baik jika kita memanfaatkannya.

Membakar sampah plastik tidak bisa mengatasi permasalahan limbah sampah plastik. Dengan membakarnya, justru dapat menimbulkan permasalahan lingkungan yang lain dan memberikan dampak buruk baik kepada diri kita sendiri yang dapat terinfeksi berbagai penyakit maupun lingkungan yang menyebabkan semakin menipisnya lapisan ozon. Jadi, akan lebih baik jika kita mengolah kembali sampah plastik yang ada. Aksi tersebut belum banyak diketahui sehingga terkadang seringkali orang-orang yang membakar sampahnya. Oleh karena itu, jika belum bisa mengedukasi masyarakat luas, setidaknya bisa memulai dari diri sendiri agar orang lain dapat tergerak untuk mengikuti hal positif yang kita lakukan. 

Saya dan teman-teman juga terbiasa untuk membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Hal tersebut berkaitan dengan projek sekolah kami yang dinamakan dengan “trash monster”, yakni pembuatan tong sampah yang digambar dengan karakter monster dengan berbagai warna. Ada tiga jenis tempat sampah yang dibuat, mulai dari sampah kertas, sampah plastik, dan sampah basah. 

Kebiasaan-kebiasaan kecil yang sudah diterapkan dari kelas 10 SMA telah memberikan banyak sekali dampak baik dalam diri saya. Saya terbiasa untuk membawa botol minum kemanapun saya pergi, menggunakan stainless straw, membuang sampah sesuai dengan jenisnya, dan menahan diri untuk tidak membuang sampah jika tidak ada tempat sampah. Saya sering menaruh sampah plastik seperti bekas permen di tas saya untuk sementara jika tidak ada tempat sampah dan membuangnya ketika sudah menemukan tempat sampah.

Penanaman hal-hal kecil yang terlihat remeh itu justru dapat berdampak besar ke lingkungan. Bayangkan jika ada ratusan ribu orang yang punya pikiran yang sama dengan saya. Hal yang awalnya kecil bisa berubah menjadi hal yang besar. Oleh karena itu, marilah sama-sama kita ciptakan ekosistem lingkungan hidup yang lebih baik, dimulai dari hal kecil dan dari diri kita. 

Dinda Adisty Tatuil – Universitas Riau

Sobat Bumi Indonesia Regional Riau

 

Leave a Comment