Pulau Lemon atau Wappi adalah sebuah pulau kecil yang terletak di perairan Kabupaten Manokwari. Perjalanan dari pusat Kota Manokwari ke Pulau Lemon dapat ditempuh dengan menggunakan perahu kecil sekitar 10 menit perjalanan. Pulau Lemon berada di Teluk Doreri. Selain Pulau Lemon, di Teluk Doreri juga terdapat Pulau Mansinam. Biasanya perahu penyeberangan berada di dermaga Kwawi yang berada di sebelah kanan jalan sebelum Pantai Pasir Putih. Secara administratif, Pulau Lemon berada di kelurahan Pasir Putih, kecamatan Manokwari Timur, kabupaten Manokwari, provinsi Papua Barat, wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Doreri sedangkan bagian selatan laut atau teluk Rendani. Sementara untuk bagian barat, Pulau Lemon berbatasan dengan laut Wosi dan bagian timur Pulau Lemon ada pada Kampung Mansinam Barat.
Pulau Lemon memiliki kekayaan bahari yang cukup melimpah, beberapa biota laut yang dapat ditemui di sini adalah nerita (sejenis kerang), bintang laut, cacing laut, teripang sabuk raja, belut moray, kepiting, ubur-ubur, anemon, terumbu karang dan lamun. Keanekaragaman hayati Pulau Lemon tidak terlepas dari panjangnya garis pantai dan populasi manusia yang sedikit.
Salah satu biota laut yang sering dijumpai, yakni terumbu karang. Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan alga yang disebut zooxanthliae. Terumbu karang adalah ekosistem yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, seperti suhu, sedimentasi, dan sentuhan. Oleh karena itu, pemanasan global juga memiliki dampak secara tidak langsung kepada rusaknya terumbu karang. Ekosistem terumbu karang selain berfungsi sebagai penahan dan pemecah ombak, tetapi memiliki kemampuan besar sebagai pemasok nutrien dan pelindung bagi ikan- ikan kecil. Semakin banyak ikan-ikan kecil di perairan mengindikasikan banyak makanan bagi ikan-ikan besar di laut.
Sampan plastik adalah faktor utama penyebab kerusakan ekosistem di laut. Situasi sosial-ekonomi masyarakat Indonesia yang seolah bergantung pada penggunaan plastik menyebabkan penumpukan sampah plastik, baik di darat maupun di laut sehingga diperlukan kesadaran masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, mengingat betapa bahayanya plastik bagi ekosistem, terutama ekosistem laut. Dampak secara tidak langsung yang ditimbulkan adalah sampah plastik mampu mengakibatkan kerusakan terumbu karang yang berfungsi sebagai habitat dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan oragnisme laut yang lain.
Permasalahan sampah plastik yang mencemari lautan masih sulit teratasi, khususnya di pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah Indonesia bagian timur. Perlu perhatian dan penguatan komitmen dari berbagai pihak untuk mengampanyekan pengurangan sampah plastik serta meningkatkan pengelolaannya agar sampah plastik tak mencemari lingkungan laut.
Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani) Kusdiantoro mengungkapkan bahwa penanganan sampah plastik di laut memerlukan sejumlah strategi, seperti meningkatkan kesadaran, menghentikan sampah masuk ke laut, membersihkan sampah, memantau, mengawasi dan menegakkan hukum. Pemerintah daerah yang memiliki pesisir dan pulau-pulau kecil perlu meningkatkan publikasi dengan bantuan media secara jangka panjang.
Saat ini, masyarakat hingga wisatawan lokal ataupun mancanegara mengeluhkan soal sampah plastik di bawah laut. Tak hanya Bali yang dapat perhatian dan dilihat masalah sampah plastiknya, laut di pulau-pulau kecil Indonesia timur ini juga memiliki permasalahan yang serupa.
Menurut Bapak Samuel Nova selaku aparat kampung di pulau Nusmapi atau pulau lemon di pulau lemon tersebut sudah memiliki kelompok-kelompok kebersihan lingkungan perairan sekitar pulau, tetapi sampah selalu bertadangan lewat laut dari daerah sekitar pulau lemon dikarenakan pulau lemon terletak diteluk dari pusat kota. Sampah yang semakin banyak menyebabkan ekosistem laut menurun, seperti jenis-jenis ikan pasir yang mulai berkurang populasinya. Beliau menuturkan bahwa nelayan sudah jarang mendapatkan ikan didaerah sekitar Pulau Lemon dan juga banyak nelayan mendapatkan sampah-sampah di area pulau lemon seperti sampah diapers bayi dan dewasa.
Adapun jenis-jenis sampah yang ada di pulau Lemon seperti sampah daun. Cara penangananya di kumpulkan dan dibakar di satu tempat sedangkan sampah organik dikubur didalam tanah, sampah botol dikumpulkan didalam plastik-plastik sampah lalu dikumpulkan disatu tempat lalu dikirim menggunakan perahu ke Manokwari. Harapan beliau adanya perhatian dan ketegasan serius dari Pemda Kabupaten Manokwari dalam hal ini DLH agar serius dalam pemberian sanksi terhadap pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Menurut Bapak Hendrik Awom selaku ketua pengelola sampah pulau Nusmapi bahwa sampah yang ada di pulau tersebut adalah kiriman atau hadiah dari daerah sekitar Manokwari karena letak pulau lemon yang berada di wilayah keluar masuk arus laut kabupaten Manokwari. Hal ini menyebabkan penumpukan sampah yang serius di wilayah tersebut walaupun telah dibersihkan. Adanya penumpukan sampah di pulau tersebut memiliki dampak negatif ke masyarakat, ekosistem, dan juga transportasi. Contohnya, masyarakat takut mengomsumsi ikan di sekitar pulau tersebut karena ikan-ikan disekitar situ memiliki rasa yang berbeda akibat banyaknya limbah sampah. Anak-anak di sekitar daerah tersebut terkadang bermain atau mengonsumsi sampah yang expire lalu hanyut terbawah arus karena kurang pengetahuan dan kurangnya perhatian dari orangtua. Bahkan bangkai hewan sisa pemotongan juga hanyut ke pulau tersebut.
Dengan kesadaran penuh, masyarakat memungut sampah tersebut dan kemudian dikubur atau diangkut ke pesisir manokwari untuk bawa ke TPU. Harapan beliau, adanya perhatian khusus dari Pemda Kabupaten Manokwari kepada tim pengelolah sampah di pulau ini agar tim tersebut dapat mengelolah sampah semaksimal mungkin dengan bantuan berupa alat transportasi agar bisa menopang para perkerja untuk membersihkan bibir pantai pulau Lemon dan juga ada harapan lain nya, masyarakat pulau Lemon berharap mendapat gaji dari pemerintah untuk mereka sebagai bentuk apresiasi agar mereka lebih giat membersihkan sampah yang dikirim sebagai “bantuan” kepada pulau Lemon hampir setiap hari.
Menurut salah satu pemuda kampung pulau Lemon, Sermina Manggaprouw, sampah yang berasal dari daratan Manokwari rmerusak ekosistem laut terutama terumbu karang sebagai tempat hidup biota laut sehingga menurunnya ekosistem kehidupan laut. Hal ini disebabkan dari penumpukan sampah kantong plasik, botol plastik, dll dibawah laut yang terselip di terumbu karang. Menurut saudari Sermina, sampah-sampah yang terdampar dipulau tersebut di bersihkan oleh masing-masing keluarga sesuai dengan wilayah penempatan perahu kemudian sampah-sampah tersebut dikumpul dan dikuburkan di tempat yang sudah di khususkan. Harapan saudari Sermina, semoga ada kebijakan dan solusi dari pemerinah untuk mencegah maupun meng-cut off peristiwa terdamparnya sampah yang terus mengarah pada pulau Lemon.
Berdasarkan hasil survei kami terdapat salah satu kendala yang dihadapi masyarakat adalah berbagai macam sampah yang terbawa arus dari sekitaran kota Manokwari yang hanyut dan terdampar di pesisir pulau tersebut. Penduduk menuturkan bahwa sampah-sampah ini memiliki dampak negatif terhadap masyarakat seperti tercemarnya lingkungan ekosistem perairan sekitar dan juga terhadap kesehatan masyarakat sekitar pulau.
Masyarakat mengharapkan agar adanya kesadaran dari masyarakat sekitaran kabupaten Manokwari akan bahayanya sampah ketika dibuang di laut mengharapkan perhatian yang serius dari Pemda Kabupaten Manokwari.
Reinhard Lopulalan
Universitas Papua – Sobat Bumi Manokwari